18 September 2013

Menjadi Suami dan Jalan Berlubang

Menjadi seorang suami bagi saya adalah sebuah pilihan, bukan yang sulit. Ini hanya soal tahu sama dengannya dari pilihan tersebut. Dengan menjadi suami maka anda akan memiliki (dimiliki) istri, bisa jadi dalam beberapa bulan atau tahun ada anak sebagai bentuk kepercayaan Tuhan pada manusia. Bila memilih untuk tidak menjadi suami maka sama dengannya juga sudah kita tentukan sendiri bukan? apapun itu.

Salah satu sama dengan yang saya dapatkan adalah menerima tanggung jawab sebagi suami. Mencari nafkah untuk istri dan anak saya kelak, melindungi dalam situasi tertentu dan menentukan arah kehidupan keluarga. Bukan fenomena baru karena hal ini telah berlangsung ribuan atau mungkin jutaan tahun. Inilah yang saya jalani hingga hari ini.

Dalam hal melindungi, saya berkesempatan untuk melakukannya kepada dua orang tercinta, istri saya dan anak saya yang masih didalam rahim emaknya. Sedari bangun tidur hingga mau tidur, terkadang didalam tidur atau tertidur juga. Termasuk ketika berada dijalan, antara rumah dan kantor istri atau sebaliknya. Statistik menunjukkan lebih banyak orang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas daripada di medan perang apalagi cuma flu burung. Sebagai suami saya bertanggung jawab melindungi istri dan anak saya dari angka angka statistik tersebut.